DIKSI SEBAGAI SENI BAHASA
Mengawali resume pertemuan malam ini saya seperti kehabisan kata pembuka. Rasanya semua kata pembuka sudah kugunakan di tujuh belas resume sebelumnya. Mungkin kali ini saya hanya akan berkata “Mari kita simak penjelasan Narasumber kita, Maydearly tentang Diksi sebagai Seni Bahasa. Selamat Menyimak”.
Diksi artinya pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi memainkan peran penting dalam mengkomunikasikan ide, menciptakan gaya penulisan, dan menarik perhatian pembaca. Pemahaman yang baik tentang diksi dan kemampuan memilih kata-kata yang sesuai sangat penting dalam seni menulis.
Menurut Narasumber. Diksi bukanlah gaya bahasa , tetapi sebuah padanan kata yang bertujuan untuk memberi kesan menarik hingga mampu memikat hati pembaca
Diksi berasal dari bahasa Latin dengan akar kata "dictionem." Istilah ini kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris sebagai "diction." Dalam konteks bahasa, diction mengacu pada pilihan kata yang digunakan oleh seorang penulis atau pembicara.
Pilihan kata yang tepat dalam diksi mampu memberikan "ruh" dan "karakter" khusus kepada suatu tulisan. Ini berarti bahwa kata-kata yang digunakan mampu menciptakan nuansa dan suasana yang unik dalam tulisan. Mereka dapat mempengaruhi perasaan, pemahaman, dan persepsi pembaca. Selain itu, diksi yang baik mampu "menggetarkan" atau "mempermainkan" pembaca dengan cara yang dimaksudkan oleh penulis, menciptakan dampak emosional atau estetika yang diinginkan.
Untuk mengembangkan Diksi agar menarik ada 5 trik
1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. adalah menulis dengan melibatkan indera peraba" mengacu pada penggunaan indra peraba atau sentuhan dalam proses penulisan. Indra peraba adalah salah satu dari lima indera manusia yang memungkinkan kita merasakan dan mendeteksi sentuhan fisik, tekstur, suhu, dan tekanan pada benda atau permukaan.
Contoh :
Dan Anginpun tak mampu mengeringkan luka yang pernah kau gores
2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman. Dalam konteks penulisan, menggunakan indera penciuman dalam penyampaian pesan adalah cara yang kuat untuk menciptakan sebuah "aroma" atau suasana tertentu dalam tulisan.
Contoh:
Masih bisa kuhirup aroma kopi yang pernah kita nikmati bersama
3. "Sense of Taste," atau indra perasa, dalam konteks penulisan adalah cara untuk menciptakan pengalaman yang kuat dalam tulisan dengan fokus pada sensasi rasa. Hal ini memungkinkan pembaca untuk merasakan dan meresapi apa yang dijelaskan dalam tulisan dengan lebih intens, sehingga meningkatkan daya tarik dan dampak tulisan tersebut.
Contoh:
Sangkaku pada manis katamu adalah semu
4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Dalam konteks penulisan adalah menggambarkan suatu situasi atau objek sehingga pembaca dapat membayangkan dengan jelas seperti melihatnya secara langsung.
Prinsip "show, don't tell" ini membantu menciptakan tulisan yang lebih kuat, hidup, dan memukau. Ini juga memungkinkan pembaca untuk terhubung dengan cerita atau pesan kita dengan lebih baik, karena mereka dapat membayangkan dan merasa terlibat dalam apa yang sedang kita sampaikan. Jadi, detail dan penggunaan indra penglihatan dalam penulisan sangat penting untuk menciptakan pengalaman yang mendalam dan memikat bagi pembaca.
Contoh
Desau daun bambu samping rumah selalu menjadi pengingatku pada malam panjang menantimu
5. "Sense of Hearing," atau indra pendengaran, adalah salah satu cara yang kuat dalam penulisan untuk menciptakan pengalaman yang melibatkan pembaca dengan menggunakan suara dan nada dalam kata-kata. Ini mengacu pada penggunaan suara dan nada untuk menggambarkan situasi, emosi, atau suasana dalam sebuah tulisan.
Contoh
Rinai hujan tak buatku melupa pada nyanyian rindu di rembang petang
Berdasarkan 5 trik untuk mengembangkan diksi agar menarik tantangan yang diberikan oleh nara sumber untuk membuatkan satu paragraf bebas dengan melibatkan ke 5 panca indra.
Desau dedaunan yang berbisik
Merangkul rindu dalam bahasa diam.
Seperti aroma kopi yang tertinggal
Dalam perjalanan panjang penantian
Hingga tak lagi kulihat jejakmu dalam riuh larakuSumber : literiadigital.blogspot.com